Jumat, 15 Januari 2010

Cerita, "Cinta Lelaki Biasa" (kisah nyata)





Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya. Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu. Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!!!!!!!!!!1

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka. Kamu pasti bercanda! Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda. Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak. Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah. Tapi kenapa? Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa. Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya. Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania! Cukup! Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Setahun pernikahan. Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka. Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia. Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania. Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan. Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama. Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya! Tak imbang! Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

~~~

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya. Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan! Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil. Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang. Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali. Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya. Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan. Dokter? Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar. Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat? Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri. Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir. Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat. Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis. Mama Nania yang baru tiba, menangis.

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya. Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh. Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi. Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh? Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli. Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun. Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari.

Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat. Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik. Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua! Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya. Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta.

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi? Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan. Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna.

Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya. Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania. sumber;( fb; ikhwah -gaul)

catatan : true story
From : Bramanryo IS1, sumber:Unknown

Kamis, 14 Januari 2010

puisi cinta









hati ini trasa sunyi tanpa nafas cintamu,,
hidup ini sepi tanpa senyuman darimu
diri inisenyap tanpa jiwa kasih mu,,
ruang hatiku gelap tanpa arah tuk melangkah

cinta,,,
mengapa semua harus terjadi???
mengapa disaat terang dunia kalbuku kau berlalu
kau tinggalkan sepenggal dusta dalam rasa,,

cinta..
aku hanya mampu memeluk rasa
memeluk mimpi senja yng kelabu
meniti harapan fajar kelana,,

cinta..
kau buat aku tak yakin untuk melangkah
kau beri aku segenggam luka
mengapa cahaya pelangi menjadi api,,
selamat jalan cinta,,
selamat berbahagia di atas luka ku,,
biarkan kata merangkai hati serupa darah dibalik tirai….

to : rini novianti..

acrimariadi@yahoo.co.id

===========================

cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi…
memberi banyak kehidupan..
membuat orang ingin tahu..
dan tiap orang pasti mengalami cinta..

cinta itu keikhlasan..
cinta itu kemauan..
cinta itu saling mengerti..
cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..

jadikan cinta itu indah dihatimu..
karena cinta bisa seindah yang kau mau

“Edi aku mencintaimu”

Dalam segala kurang dan lebihmu

Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu

i Lup U

gendut_nurbaya@yahoo.com,sumber; puisi cinta

TINTA ELIPSIS










Novel TE bergerak sekitar gejolak rasa dan jalanan minda watak Amir Afif Amizul, anak peneroka FELDA, yang berpeluang menekuni bahasa Arab dan Pengajian Islam di Universiti Jordan. Amir Afif mempunyai sedikit sebanyak pengalaman dalam bidang penerbitan (TE: 25/7), iaitu selain pengalamannya sebagai konsultan yang ditimbanya selama lima tahun bertugas dengan Syarikat Amal Profesional Sdn. Bhd. (TE: 28) Amir Afif berhadapan dengan beberapa masalah yang wajar diatasinya sebijak mungkin. - Dr. Anis sumber; blogspot.IBNU AHMAD AL-KURAUWI

HUMOR








Kata Gus Dur, Sakit Gigi Lebih Sakit dari Sakit Hati
08/01/2010
Saat Gus Dur sakit gigi, ia masih bisa bergurai. Kepada seorang pengawalnya ia bergumam, ”Ternyata sakit gigi itu lebih sakit dari sakit hati.”

”Lho kog bisa Gus? Bukannya malah terbalik, sakit hati itu lebih sakit rasanya dibanding sakit hati?” kata pengawal Gus Dur, mungkin dia mengingat syair lagu dangdut Meggi Z.

Tapi Gus Dur langsung menjawab, ”Lha wong sekarang saya sakitnya sakit gigi kog,” katanya.

Pengawal Gus Dur itu tak bisa menjawab. (nam)

struktural anfat Ranting;sumberharjo masa khidmat 2010-2013





PENASEHAT ; 1.SARMIN (KLERO)
2.bpk. lismoko (klero)
3.bpk. iwan (bulsari)
KETUA ; EDI (BULSARI)
W.KETUA; ERWAN (KLERO)
Sek.trs ; listomo (klero)
wakil ; makruf (sengirr)
Bendahara; sunir (bleber)
wakil ; muhlisin (dayakan)
sexi;
1.dakwah ; 1.bos ngadimin (bulsari)
2.kang ali (gunung gebang)
2.oalah raga; 1. iswanto(naran)
3.Humas ; 1. rohmat (kantangan)
2.fiki kesepian (bulsari)heehe
FATAYAT;
KETUA ; DIek surya(suryoni) klero
wakil ; siti fatimah (kuncen siti)
sektrs ; fuefah (bulsari)
bendahar; vita (new york bulsari)
sexi,,,,,,,belum dilengkapi harap maklum.........hehheheh
NB; sekiranya ada salah nulis kurang lengkap tolong perbaiki sendiri,,,heeheh

Rabu, 13 Januari 2010

Inayah Wahid: Tanpa Gelar Pahlawan Gus Dur Tetap Pahlawan








Dukungan untuk menjadikan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi pahlawan nasional terus mengalir. Namun bagi keluarga mantan Presiden RI ke-4 tersebut hal tersebut tidaklah penting.

"Tanpa gelar pahlawan pun, bagi kami bapak tetap pahlawan bagi kami," ujar putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid usai menggelar tahlilan tujuh hari untuk almarhum ayahnya di Jl Warungsila, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/1/2009).

Menurutnya, pantas tidaknya pemberian gelar bagi ayahnya tersebut itu menjadi tergantung dari penilaian masyarakat. "Kalau menurut masyarakat pantas silakan saja. Yang jelas kami tidak akan memohon untuk itu, karena Bapak selalu mengajarkan demikian," ungkapnya.

Sebelumnya, dukungan untuk menobatkan Gus Dur menjadi Pahlawan juga dilakukan di DPR. Pimpinan DPR telah menerima usulan sejumlah anggota DPR untuk memberi mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur gelar pahlawan nasional.

Usulan agar Gus Dur menjadi pahlawan nasional mengemuka dan kini makin menguat. Gus Dur dinilai mempunyai sumbangsih yang besar membangun demokrasi dan kebangsaan Indonesia. Rencananya, usulan gelar pahlawan Gus Dur akan dibawa ke rapat paripurna DPR, Selasa 12 Januari minggu depan.
Inayah Wahid: Tanpa Gelar Pahlawan Gus Dur Tetap Pahlawan sumber; www.detik com.

Sejuta Hati Untuk Gus Dur

Mengenang KH. Abdurahman Wahid






Acara ini akan dilangsungkan pada:

* Hari/Tanggal : Jum'at, 8 Januari 2010
* Tempat : Gedung PBNU Lt. 8
* Waktu : 13.30 - Selesai

Dalam acara ini akan hadir banyak tokoh-tokoh Nasional.

Untuk itu, datang dan saksikan sendiri. Jangan lewatkan ; SUMBER FATAYAT.or.id

struktural pp. fatayat






# Lambang
# Dasar Perjuangan
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung"
( Q. S3:104 )
# Apa itu Fatayat Nahdlatul 'Ulama?

FATAYAT Nahdatul Ulama adalah sebuah organisasi pemudi ( wanita muda ) Islam merupakan salah satu lembaga otonom di lingkingan Nahdatul Ulama.

Didirikan di Surabaya, 24 April 1950 M, bertepatan dengan 7 Rajab 1317 H
# Tujuan Fatayat NU

1. Terbentuknya pemudi atau wanita muda islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlahul karimah, bermoral,cakap bertanggungjawab, berguna bagim agama, nusa dan bangsa.
2. Terwujudnya masyarakt yng berkeadilan gender.
3. Terwujudnya rasa kesetiaan terhadap asas, aqidah dan tujuan NU dalam menegakkan syariat islam.

# Visi, Misi, dan Isu Strategis
Visi
Pengapusan segala bentuk kekerasan, ketidakadilan dan kemiskinan dalam masyarakat dengan mengembangkan wacana kehidupan sosial yang konstruktif,demokratis dan berkeadilan jender.
Misi
Membangun kesadaran kritis perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender.
Penguatan SDM
Human Resource Development
Pemberdayaan Masyarakat
Isu strategi

1. Sistem Kaderisasi
2. Sistem manajement organisasi
3. Penguatan hak-hak perempuan dan penguatan ekonomi
4. Sumber dana tetap

# Program
# Sasaran Program

1. Masyarakat Umum
2. Perempuan
3. Usia 20 s/d 40 tahun

# Daur Kerja
# Struktur Organisasi
Pucuk pimpinan
Kepemimpinan tk Nasional
Pimpinan Wilayah
Kepemimpinan tk provinsi (27)
Pimpinan Cabang
Kepemimpinan tk kab/kota (308)
Pimpinan Cabang
Kepemimpinan tk kecematan(923)
Pimpinan Ranting
Kepemimpinan tk desa(14.118)
# Susunan Pengurus

SUSUNAN PENGURUS HARIAN PUCUK PIMPINAN FATAYAT NU MASA KHIDMAD 2005-2009
Pelindung

:Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Penasehat : Pucuk Pimpinan Muslimat NU
Pembina : Dra. Hj. Ermalena MHs
Prof. DR. Hj. Musda Mulia
DR. Hj. Sri Mulyati
Ketua Umum : Dra. Hj. Maria Ulfah, M. Hum.
Ketua I : Dra. Hj. Siti Marhamah, M. Ag.
Ketua II : drg. Hj. Ulfah Mashfufah.
Ketua III : Dra. Hj. Imas Masithoh M. Noor, SH.
Ketua IV : Hj. Siti Haiyinah, SE.
Ketua V : Dra. Yanah Latifah.
Ketua VI : Dra. Neng Dara Affifah, M. Hum.
Sekertaris Umum : Dra. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag.
Sekertaris I : Dra. Siti Masrifah, MA.
Sekertaris II : Hj. Rustini Murtadho, S. Ag
Sekertaris III : Dra. Muzaenah Zein.
Bendahara Umum : Dra. Hj. Nur Hasanah
Bendahara I : Dra. Hj. Ummu Fatma
Bendahara II : Iklilah Muzayanah dini Fajriya, SHI


# Redaksi Website www.fatayat.or.id:
Ketua : Ummi Azizah Rachmawati, MKom
Anggota

* Ahmad Kosasih
* Hafied Nur Siddiqi
Sejarah Berdirinya Ansor






Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol.

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam....

Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab –yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab, “ulama besa” sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.

Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang, mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai sama salah satu jalan di kota Malang.

Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirikannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe.

Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim, Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalm setiap pergantian kepemimpinan nasional. (Hernoe R)sumber web; gp ansor pusat